MENTERI SOSIAL
KHOFIFAH INDAR PARAWANSA
BIOGRAFI
Khofifah Indar Parawansa mulai menyita lampu sorot panggung
politik tanah air setelah sosoknya tampil membacakan pidato pernyataan sikap
Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dalam Sidang Umum MPR 1998 silam. Tentu
saja banyaknya sorotan lampu politik tersebut bukan tanpa alasan. Pidato
politisi kelahiran 1965 ini menjadi pidato kritis pertama terhadap pelaksanaan
Orde Baru dalam ajang formal nasional setingkat Sidang Umum MPR.
Tak pelak, hampir segenap anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, pada saat itu didominasi Fraksi Karya Pembangunan (Golkar), Fraksi ABRI dan Fraksi Utusan Golongan, dibuat terperanjat dengan pidato yang menohok jantung para penguasa Orde Baru tersebut. Bukan hanya kritik, aktivis organisasi ini juga menyampaikan berbagai kekurangan, dan kecurangan, Pemilu 1997 seraya melengkapi pidato dengan berbagai ide tentang demokrasi.
Keberanian, sekaligus kecerdasan, Pariwansa dalam menghadirkan kritik terhadap pelaksanaan rezim Orde Baru yang tengah berkuasa sekaligus menjadikan sosoknya sebagai politikus yang disegani di tanah air. Pada 1992, ibu empat anak ini terpilih sebagai anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 1992 - 1998. Namun, perubahan peta politik pasca lengsernya rezim Orde Baru membuatnya keluar dari PPP dan hijrah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Pada periode 1998-2000, politikus yang sempat bercita-cita menjadi pembalap ini kembali duduk di DPR sebagai wakil PKB. Sosok alumni Pascasarjana FISIP UI ini kembali menunjukkan kiprahnya setelah dilantik sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan pada masa pemerintahan Presiden K. H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Tak pelak, hampir segenap anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, pada saat itu didominasi Fraksi Karya Pembangunan (Golkar), Fraksi ABRI dan Fraksi Utusan Golongan, dibuat terperanjat dengan pidato yang menohok jantung para penguasa Orde Baru tersebut. Bukan hanya kritik, aktivis organisasi ini juga menyampaikan berbagai kekurangan, dan kecurangan, Pemilu 1997 seraya melengkapi pidato dengan berbagai ide tentang demokrasi.
Keberanian, sekaligus kecerdasan, Pariwansa dalam menghadirkan kritik terhadap pelaksanaan rezim Orde Baru yang tengah berkuasa sekaligus menjadikan sosoknya sebagai politikus yang disegani di tanah air. Pada 1992, ibu empat anak ini terpilih sebagai anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 1992 - 1998. Namun, perubahan peta politik pasca lengsernya rezim Orde Baru membuatnya keluar dari PPP dan hijrah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Pada periode 1998-2000, politikus yang sempat bercita-cita menjadi pembalap ini kembali duduk di DPR sebagai wakil PKB. Sosok alumni Pascasarjana FISIP UI ini kembali menunjukkan kiprahnya setelah dilantik sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan pada masa pemerintahan Presiden K. H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Pada awal 2013, nama mantan Kepala BKKBN periode 1999 - 2001
ini kembali muncul dalam kancah politik nasional Indonesia saat maju dalam
pemilihan Gubernur Jawa Timur periode 2014 - 2019.
PENDIDIKAN
- (1972-1978) SD Taquma
- (1978-1981) SMP Khodijah-Surabaya
- (1981-1984) SMA Khodijah-Surabaya
- (1984-1991) S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya
- (1984-1989) S1 Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah, Surabaya
- (1993-1997) S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta
KARIR
- (1992-1997) Pimpinan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPR RI
- (1995-1997) Pimpinan Komisi VIII DPR RI
- (1997-1998) Anggota Komisi II DPR RI
- (1999) Wakil Ketua DPR RI
- (1999-2001) Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
- (1999-2001) Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
- (2004-2006) Ketua Komisi VII DPR RI
- (2004-2006) Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa MPR RI
- (2006) Anggota Komisi VII DPR RI
Forum Internasional
Studi banding pada penyiapan ratifikasi “Convention Against Illicit Trafic Psychotropic and Narcotic Drug” di Austria dan Belanda, yang diselenggarakan Internati onal Narcotic Control Board, Perserikatan Bangsa-Bangsa, di Wina, Austria, 1996.
Studi banding Antar-Parlemen di Mongolia, 1994
Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam “Women 2000, Gender Equality, Development and Peace for the Conventi on on The Elliminati on of All Forms of Discriminati on Against Women” di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat, 28 Febuari 2000.
Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam “Women 2000, Gender Equality, Development and Peace for the Twenty First Country”: Beijing +5) Sidang Khusus ke-23 Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa, di New York, Amerika Serikat, 5-9 Juni 2000.
Ketua Delegasi Republik Indonesia pada pertemuan The Exchanges and Cooperati on in the Field of Family Planing Between China and Indonesia, 9-11 April 2001.
Ketua Delegasi Republik Indonesia pada Pertemuan Konsultasi Tingkat Menteri Asia-Pasifik di Beijing, China, pada 14-16 Mei 2001.
Menjadi narasumber pada Conference G ender Equity and Development in Indonesia yang diselenggarakan The Australian Nasional University, di Canberra, Australia, pada 21-22 September 2001.
Menjadi narasumber pada Conference On Women In Islam As Role Model di Berlin, Jerman, pada 24-26 Mei 2004.
Menjadi peserta World Council of Churches di Brazil, 15-21 Februari 2006.
Menjadi narasumber utama pada Commission on the Advancement of Women, Commission on the Status of Women, di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat, 1-2 Maret 2006.
Menjadi narasumber pada International Conference on Parliaments, Crisis Preventi on and Recovery, hosted by UNDP and the Government of Representatives of Belgium, 19-21 April 2006.
Menjadi narasumber pada Internati onal Conference of Islamic Scholars di Jakarta, Indonesia, Mei 2006.
Menjadi narasumber di Muktamar ke-5 Pertumbuhan- Pertumbuhan Perempuan Islam Dunia Islam Kontemporari di Shah Alam, Selanggor, Darul Ehsan, Malaysia, pada 13-15 Agustus 2006.
Pidato Monumental Anti Orba
Nama Khofifah mulai populer di panggung nasional setelah membacakan pidato sikap Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dalam SU MPR 1998. Pidato Khofifah itu sangat monumental karena merupakan pidato kritis pertama terhadap Orde Baru di ajang resmi selevel Sidang Umum MPR.
Khofifah berbicara kritis. Dia mengkritik Pemilu 1997 yang penuh kecurangan. Perempuan cerdas itu melontarkan ide-ide demokratisasi. Dia juga berbicara lantang seperti para mahasiswa yang marak demonstrasi di jalan. Mungkin Khofifah masih terbawa oleh suasana sebagai mahasiswa. Maklum, saat itu umurnya masih muda, 33 tahun. Pidato Khofifah memang sangat monumental. Para anggota MPR yang didominasi Fraksi Karya Pembangunan (Golkar), Fraksi ABRI, dan Fraksi Utusan Golongan terperanjat dengan pidato yang menohok jantung Orde Baru itu.
Sumber :